Rabu, 17 Oktober 2012

Betapa Pentingnya Sholat dalam Kehidupan






Salah satu ibadah yang sangat penting di dalam Islam, yang diwajibkan oleh Allah kepada setiap mukmin adalah shalat. Allah berfirman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa’: 103)
Dari Ibnu Umar,  Rasulullah bersabda,
“Islam dibangun di atas lima (prinsip) kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari).
Bahkan saking pentingnya urusan shalat ini, sehingga shalat adalah salah satu perkara yang diingat dan diwasiatkan terakhir kali oleh Rasulullah kepada umatnya, sebelum beliau wafat. Beliau sebelum wafat mewasiatkan dengan sabdanya,
(Jagalah) shalat…. (jagalah) shalat …. Dan (berikan hak-hak) budak yang menjadi milik anda”. Tetapi sayangmya, banyak umat Islam yang meremehkan urusan shalat ini. Banyak kita saksikan, ketika dalam perjalanan jarak jauh, baik dengan kereta api maupun bis umum, banyak umat Islam yang tidak shalat. Demikian pula ketika waktu shalat jum’at, umat Islam baik yang kerja di pabrik maupun di kantor-kantor, banyak yang tidak melaksanakan shalat Jum’at. Padahal shalat adalah perkara yang sangat agung dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya.
Banyak dalil dan bukti yang menegaskan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, di antaranya:
Pertama, karena shalat adalah ibadah yang perintahnya langsung diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT, tanpa perantaraan malaikat Jibril. Dalam peristiwa yang dikenal dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad menerima perintah shalat langsung dari Allah. Pada awalnya perintah shalat itu adalah 50 kali sehari. Tetapi dengan kasih sayang Allah, karena mengetahui lemahnya umat ini, Allah mengurat 191 perintah shalat itu menjadi 5 kali sehari. Tetapi nilainya sama dengan 50 kali sehari.
Apabila bukan karena sangat khususnya ibadah shalat dalam pandangan Allah Ta’a/a, tentu perintah shalat itu akan diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril, sebagaimana perintah-perintah ibadah yang lain. Ini menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat agung dan sangat penting.
Kedua, shalat adalah ibadah yang penting dan agung karena shalat adalah ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dalam keadaan apapun dan dengan alasan apapun, juga tidak bisa diqadha (diganti) pada waktu yang lain. Orang hanya boleh berhenti shalat, ketika ia sudah dishalati, alias sudah mati.
Karena itu, orang yang sakit dan tidak bisa berdiri, la boleh shalat dengan duduk. apabila tidak bisa duduk, maka dia boleh shalat dengan berbaring. Bila tidak bisa shalat dengan berbaring, maka la boleh shalat dengan isyarat.
Kalau seseorang tidak boleh kena air, maka ia boleh mengganti wudhunya dengan tayammum. Bila tidak bisa tayammum sendiri, maka ia boleh ditayammumi oleh orang lain.
Tidak seorang pun boleh meninggalkan shalat, kemudian menggantinya pada kesempatan lain, sesibuk apapun dan karena alasan apapun. Karena itu Aisyah berkata mengenai wanita haid,
“Kami diperintah untuk mengqadha’ puasa dan kami tidak di perintah mengqadha’ shalat.” (HR. Muslim)
Orang yang baru saja bersyahadat meskipun belum mengerti dan hafal doa-doa shalat, kalau dia sudah baligh maka dia tetap wajib melakukan shalat dengan apa saja yang la mampu dari doa dan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Selanjutnya, dia wajib belajar tentang shalat, sampai ia bisa shalat sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah  Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Hibban dari Abdullah bin Abi Ilufa , ia berkata, ” Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata, ‘Saya tidak bisa menghafal sesuatu pun dari al-Qur’an, maka ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa menggugurkan (kewajiban shalat) saya,’ Maka Nabi bersabda, ‘Bacalah subhanallah, alhamadulillah, laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar, laa  haula walaa quwwata illaa billaahil’ aliyyil azhim.’
Orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, (bacaan) ini adalah untuk Allah, maka mana bacaan untukku?’ Beliau menjawab, bacalah,
“Ya Allah, rahmatilah aku, berilah aku rizki, ampunilah aku dan berilah aku petunjuk (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Syaikh ill-rllbani)
Seandainya kewajiban shalat itu bisa ditawar dan ditunda, maka tentu Nabi akan memberikan alternatif agar orang tersebut belajar doa-doa shalat terlebih dahulu, sampai hafal, baru melakukan shalat. Tetapi hal itu tidak beliau  lakukan. Beliau  tetap menyuruh orang tersebut shalat, dengan doa yang mampu la baca. Ini menunjukkan, kewajiban shalat adalah kewajiban yang tidak bisa ditunda, tidak bisa diakhirkan, apalagi ditinggalkan. Sholat adalah kewajiban bagi orang islam yang sudah baligh.
Ketiga, shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat merupakan ikatan janji dan komitmen kita kepada Allah. Shalat adalah ibadah yang apabila ditinggalkan mempunyai konsekuensi dan sangsi yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya janji antara kami dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ibnu Majah).
Memang para ulama berselisih pendapat tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Dan tema masalah ini sangatlah panjang. Tetapi, semua ulama sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih tadi. Hanya saja, sebagian ulama berpendapat bahwa kafirnya itu adalah tidak sampai mengeluarkannya dari Islam, bila dia meninggalkan shalat karena malas, bukan karena tidak mengakui kewajiban shalat. Dan yang lainnya mengatakan, apapun alasannya ia adalah kafir, sehingga mengeluarkan­nya dari Islam. Tapi bila tidak melakukan shalat karena meyakini bahwa shalat tidaklah wajib, maka semua ulama sepakat la telah kafir yang menyebabkannya keluar dari Islam.
Keempat, shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, sehingga semua Nabi dan Rasul diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan shalat. Shalat adalah salah satu perintah pertama Nabi Musa dan Harun kepada kaumnya Bani Israel, setelah perintah beriman kepada Allah. (QS. Yunus: 87)
Nabi Ibrahim berdoa untuk diri dan keturunannya, agar menjadi orang-orang yang menjaga shalat,
“Ya tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Than kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
Allah mewajibkan shalat kepada Nabi Ishak dan Nabi Ya’kub. Allah berfirman,
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya`qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (QS. Al-Anbiya’: 72-73)
Salah satu ibadah yang rutin dikerjakan Nabi Zakaria  adalah shalat, Allah berfirman,
“Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan  shalat di mihrab.” (QS.Ali-Imran:39)

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; (QS. Maryam: 31)
Dan masih banyak lagi ayat yang menunjukkan bahwa Allah mewajibkan shalat kepada para Nabi dan Rasul. Hal yang tentu menun­jukkan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, sehingga diperintahkan kepada semua Nabi dan Rasul.
Kelima, shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena baik buruknya shalat menjadi barometer baik buruknya amal yang lain. Rasulullah SAW bersabda,
“Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amal ibadahnya.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Artinya, apabila seseorang terbiasa meninggalkan shalat, yang berarti nilai shalatnya adalah rusak dan jelek. Maka, dengan demikian seluruh amalnya akan rusak dan jelek. Termasuk di dalamnya adalah, orang yang rajin shalat, tetapi shalatnya tidak memenuhi syarat dan rukunnya sehingga batal dan tidak sah shalatnya. Maka orang ini amal­-amalnya yang lain juga akan rusak.
Sebaliknya, apabila nilai shalatnya baik, maka pasti akan baik seluruh amal perbuatannya. Karena shalat yang baik dan diterima akan berfungsi sebagai kontrol dari berbagai perbuatan buruk dan maksiat. Allah berfirman,
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. ” (QS. 111-Ankabut: 45)
Karena itu, benarlah sabda Rasulullah ~t yang menegaskan bahwa shalat adalah tiang segala perkara. Beliau  bersabda,
Adapun pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan adapun puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (Hadis shahih, sesuai dengan sprat Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak mengeluarkannya).
Keenam, shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat adalah mi’raj seorang mukminin kepada Allah. Shalat adalah kesempatan hamba menghadap kepada Allah secara langsung dengan segala jiwa dan raganya, untuk menyembah-Nya, untuk memohon pertolongan dan untuk dihindarkan dari bencana.
Shalat adalah munajat kepada Allah di dunia untuk kelak bisa berdekatan dengan-Nya di Akhirat. Saat shalat adalah saat dan keadaan terbaik dan terindah bagi manusia, karena ia sedang menghadap Tuhannya.
Karena itulah Nabi mengatakan kepada Bilal, “Wahai Bilal, hiburlah kami deqan shalat.” (HR. Ibnu Majah) Pada saat shalat kita dianjurkan untuk khusyu’ dan konsentrasi, sehingga seakan-akan kita melihat Allah. Nabi bersabda,
Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak dapat melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu” (HR. Bukhari)
Karena itu, apabila kita ingin mengetahui kedudukan kita di sisi Allah, maka hendaknya kita melihat kedudukan shalat dalam diri kita, dan seberapa banyak bagian kita di dalamnya.
Apabila Ali bin Husen berwudhu, maka wajahnya berubah pucat, beliau ditanya, “Apa yang terjadi dengan anda pada saat wudhu?” Beliau menjawab, “Tahukah kalian, di hadapan siapakah aku hendak berdiri?”
Setelah kita mengetahui demikian pentingnya masalah shalat ini, maka kewajiban kita adalah untuk benar-benar menjaga shalat lima waktu, dalam sehari semalam. Jangan sampai sekalipun kita meninggalkan shalat, balk karena kesibukan atau karena kelelahan. Apabila di antara kita ada yang pernah meninggalkan shalat, maka hendaknya bertaubat kepada Allah, kemudian berjanji untuk menjaga shalat lima waktu. Mudah-mudahan dengan demikian, taubatnya diterima Allah.
Kita juga hendaknya selalu mengingatkan anggota keluarga kita tentang pentingnya masalah shalat ini, sehingga tidak seorang pun dari anggota keluarga kita yang meninggalkan shalat.   ,
Selain itu hendaknya kita kaum laki-laki, senantiasa melakukan shalat di masjid. Karena Nabi tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid kecuali karena sakit. Bahkan Nabi  tidak mengizinkan sahabat Abdullah bin Ibnu Ummi Maktum yang buta, untuk meninggalkan shalat berjamaah karena tidak ada yang menuntunnya ke masjid. Pernah suatu saat Nabi hendak membakar rumah mereka yang tidak berangkat berjamaah ke masjid. Semua itu menunjukkan betapa pentingnya urusan shalat berjamaah bagi kaum laki-laki. “Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang. yang tetap mendirikan  shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40).